Translate

Tempat Pelarian

Kamu tidak pernah benar-benar mencintaiku.

Kamu hanya kesepian dan tak sengaja ada aku,
kemudian aku salah mengartikan.

Aku menganggap segala perhatiaanmu istimewa,
Menganggap diriku spesial untukmu.

Kamu hanya singgah,
Tak lebih, dan aku tidak akan pernah menjadi rumah.

Kamu terlihat datang,
seolah menawarkan cinta.
Padahal yang benar-benar Kamu cari hanyalah tempat tinggal sementara,

Singgah tanpa rasa,

Pergi meninggalkan setelah Aku sepenuhnya patah.

Aku yang Kalah dengan Kenyataan

Hari ini dan entah sampai kapan terasa sunyi. Karena kini, aku harus menghadapi sendirian.

Tentang aku yang akhirnya kalah dengan kenyataan.
Aku tak akan menyalahkan takdir yang telah digariskan.
Jika memang bukan kamu, yang pantas menjadi bagian dari takdir kehidupan, untuk apa aku memelas penuh ratapan di hadapan Tuhan?
Memohon agar aku dan kamu berjalan beriringan.

Tentu tidak begitu,
Aku cukup rela melepaskan, jika memang ia lebih baik bagimu di masa depan.
Aku tentu tak akan mampu mengubah takdir Tuhan.
Jika kamu yakin tentang kebahagiaan dengannya yang ternyata bukan aku yang kamu temukan. Jalankan. Itu takdirmu untuk mengukir kenangan indah yang selalu kamu impikan.

Buatlah aku bahagia, melihat hidupmu dilimpahkan kebahagiaan.
Meski akhirnya aku harus menelan pahit kenyataan. Tentang kamu, yang akhirnya meninggalkan.


Perasaan Ini

Aku tak merasakan cinta pandangan pertama denganmu, jatuh hati padamu terjadi secara bertahap,tumbuh perlahan hingga suatu saat merekah indah.

Kita pernah berbagi canda, tawa, cerita. Bahkan aku tak pernah merasa takut tuk menunjukan kekuranganku, bertingkah konyol denganmu, bahkan kau tau sisi hitamku, sampai-sampai tak ada yang bisa kututupi darimu.

Semua terasa seperti pertemanan pada umumnya, rasa sayang yang tersamarkan oleh keluguan membuatku tak sadar bahwa rasa nyaman yang lebih dari sekedar teman itu singgah, sampai aku tak sadar bahwa hati ini telah jatuh dan bersemayam pada jurang ketidak pastianmu.

Aku tak memaksamu tuk bisa membalas rasa ini, begitu juga kau yang tak bisa memaksaku tuk berhenti mencintaimu,aku paham nyamanmu sekedar sebagai teman. Salahku yang terlalu perasa. Mungkin bahagia jika semua rasa yang timbun-menimbun ini terbalaskan namun bukan begitu akhir kisahnya.

Aku tak pernah takut jika harus terus menyimpan rasa ini selama beberapa tahun kedepan, yang kutakut adalah rasa ini masih tanpa balasan.

Sejujurnya aku tak tau mengapa rasa ini terus kujaga dan tak mencari yang baru saja.
Mungkin sebab rasa ini tumbuh perlahan dan tak sebentar, yang membuatku tak rela merubuhkan apa yang dua tahun telah kutumbuhkan.

Lubuk Hati Terdalam

Merindumu aku tak kenal waktu,
Mencintaimu aku tak pernah ragu,
Memilihmu aku tak peduli meski keliru,
Menunggumu adalah keputusanku.

Sampai pada akhirnya,
Semua penantian dan harapanku kamu runtuhkan dengan memilih dia yang bukan aku,
Dengan membahagiakan dia yang membuat harimu biru.

Tidak bisakah kamu melihat aku dan seluruh perasaanku yang bahkan pohon mangga di taman pun tau betapa jatuh hati aku kepadamu?

Ah iya, aku kan tak berarti bagimu.
Maaf aku mencintai tanpa tau batas,
Sebab aku mencintai dengan ikhlas berusaha untuk tidak menuntut balas,
Seluruh harapanku kini sudah terlanjur terhempas,
Waktu menyadarkanku dan kenyataan menghantam begitu keras,
Angan dan harapan bahwa kamu punya rasa yang sama kupendam kembali.
Karena sekeras apapun aku mencoba yang akan terjadi hanyalah
Kamu melewatkanku tanpa tau sebesar apa perasaan yang kusimpan untukmu.

Aku masih di sini, aku masih bersedia mendengar keluh kesahmu.
Aku masih bersedia menjadi tempatmu pulang,meski perasaanku tak pernah kamu pikirkan.

Ketahuilah, aku hebat perihal mencintaimu.